Saat berkumpul dalam pesta kebun di malam hari, sebagian orang kerap menjadi sasaran empuk gigitan nyamuk. Sementara yang lain di tempat yang sama tak merasakannya.

Mengapa ada orang yang sangat rentan pada gigitan nyamuk? Jonathan Day, seorang profesor entomologi kedokteran di University of Florida di Vero Beach menunjukkan, bau dan warna adalah hal yang paling menarik perhatian nyamuk.  

1.Warna baju
Terutama pada sore hari, nyamuk lebih senang pada orang yang memakai baju-baju gelap seperti hitam, biru tua dan merah.

2. Produksi karbondioksida
Nyamuk juga mengenali mangsanya berdasarkan produksi karbon dioksida. Mereka yang memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak karbon dioksida.

Itulah sebabnya orang yang berbadan besar dan ibu hamil menjadi sasaran nyamuk.

3. Suhu tubuh
Asam laktat yang dilepaskan selama berolahraga, aseton dan estradiol suhu tubuh menarik nyamuk.

Ada beberapa informasi mengenai gigitan nyamuk seperti dikutip dari MSNBC.
1. Makan pisang membuat nyamuk tak suka karena kandungan vitamin B-12 tidak akan menarik nyamuk. Mengoleskan minyak lavender dan minyak esensial juga ampuh mengusir nyamuk.
2. Beberapa spesies nyamuk yang menggigit kaki, mengisyaratkan bau bakteri pada kaki.

3. Sementara nyamuk yang menggigit leher, kepala dan lengan dipengaruhi suhu tubuh dan karbondiksida yang Anda hasilkan.

4. Ukuran bilur gigitan nyamuk tidak ada hubungannya dengan jumlah darah yang diambil. Ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang merespon air liur nyamuk.
   
5. Sebagian orang tak terpengaruh pada gigitan satu spesies namun berdampak buruk pada gigitan spesies nyamuk lainnya. (eh)

sumber: vivanews.com
Read More >>
Ternyata warna urine kita bisa dijadikan alat memprediksi kondisi kesehatan kita pada saat itu, ini juga bisa dijadikan acuan bagaimana tindakan yang harus kita ambil setelahnya.
Kenali warna urine ini dan prediksi kesehatannya :
Kuning
"Urine sehat itu berwarna kuning pucat atau kuning gelap", kata konsultan ahli urologi Tim Terry. Hal ini tergantung pada tingkat hidrasi, sehingga jika urine Anda tetap berada di koridor warna kuning, Anda bisa bernapas lega.
Hijau
"Beberapa obat antiseptik dan anestesi memberikan warna semburat hijau pada urine," kata Terry. Ini karena biru metilen, pewarna yang kadang-kadang perlu diperjuangkan ginjal kita. Namun bila urine Anda berwarna hijau tidak usah terlalu khawatir.
Orange
"Ini adalah tanda disfungsi hati," jelas Terry. Jika urine Anda berwarna seperti ini biasanya dibarengi dengan tinja yang berwarna putih, bisa jadi ini karena ikterus obstruktif. Jadi segera ambil tindakan bila urine Anda berwarna orange.
Cokelat
Urine cokelat menampakkan ada masalah ginjal. "Ini bisa menjadi tanda penyakit ginjal yang serius, bahkan fistula," kata Terry. Keadaan ini biasanya karena ada kebocoran usus ke kandung kemih Anda. Segera lari ke dokter Anda untuk kasus ini.
Merah
Ini benar-benar buruk. Merah berarti ada darah dalam urine Anda, dapat mengartikan pendarahan atau kanker. "Pada orang yang berusia lebih dari 40 tahun hipotesis pertama adalah kanker kandung kemih," kata Terry. Segera hubungi dokter dan lakukan deteksi dengan cepat.
Read More >>
Penting diketahui, duduk terlalu lama di depan komputer sepanjang hari tidaklah baik. Kesehatan juga bisa terganggu. Penelitian menunjukkan yang menghabiskan sepuluh tahun atau lebih dalam pekerjaan menetap, meningkatkan risiko hampir dua kali lipat mengembangkan beberapa jenis kanker usus.

Lebih buruk lagi, peneliti bahkan menemukan pekerja yang secara teratur mempertahankan kebugaran atau pergi ke gym masih dua kali lebih mungkin untuk mendapatkan tumor.

Temuan dalam American Journal of Epidemiology, menyoroti bahaya pola kerja modern, di mana sejumlah besar karyawan terikat di depan meja selama berjam-jam pada suatu waktu.

Penelitian juga mendukung temuan penelitian sebelumnya yang menunjukkan laki-laki yang duduk sepanjang hari di pekerjaan mereka 30 persen lebih mungkin didiagnosis dengan kanker prostat ketimbang dengan pekerjaan yang sangat aktif.

Lebih dari 37.500 orang per tahun di Inggris didiagnosis dengan kanker usus. Penyakit ini memiliki angka kematian yang tinggi - sekitar 16.000 tahun - karena banyak korban mengabaikan tanda-tanda peringatan dini dan hanya mencari bantuan medis setelah kanker telah berada tahap lanjut.
Diet tinggi lemak dan daging merah, serta kurangnya olahraga, dianggap salah satu faktor risiko utama, demikian seperti dilansir Dailymail, Selasa (19/4).

Namun studi terbaru oleh sebuah tim ahli di University of Western Australia, menunjukkan waktu yang lama tidak aktif fisik selama hari juga bisa menjadi risiko besar - bahkan di antara mereka yang melakukan banyak latihan di waktu luang mereka.

Penelitian terbaru dari AS menekankan kini banyak orang dewasa menghabiskan sekitar 55 per waktu kerja mereka dengan duduk. Peneliti Australia berbicara dengan 918 pasien kanker usus dan membandingkan pola kerja mereka dengan 1.021 relawan bebas kanker.

Mereka ditanya mengenai sejarah pekerjaan mereka, gaya hidup dan tingkat aktivitas fisik.

Hasil penelitian menunjukkan karyawan yang menghabiskan lebih dari satu dekade di pekerjaan menetap tersebut sebanyak 94 persen lebih mungkin untuk menderita tumor di daerah usus yang dikenal sebagai kolon distal, bagian dari usus besar yang menghubungkan dengan rektum.

Peneliti kemudian menemukan pola kerja menetap meningkatkan kemungkinan kanker rektum sebesar 44 persen selama sepuluh tahun. Dikatakan temuan menunjukkan tidak ada jumlah aktivitas di waktu luang yang dapat mengurangi kerugian yang didapat dari periode duduk yang lama di tempat kerja.

"Kami menemukan orang-orang yang menghabiskan waktu yang paling lama dalam pekerjaan yang mengharuskan mereka duduk lama memiliki risiko kanker kolon distal dua kali lipat lebih besar dibandingkan mereka yang menghabiskan waktu dengan sedikit duduk,” tulis peneliti. "Bahkan aktivitas fisik yang kuat atau rekreasi tidak memodifikasi efek pekerjaan yang menetap itu."

Duduk terlalu lama saat bekerja diduga menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan merusak produksi insulin, keduanya dikaitkan dengan perkembangan kanker usus. Namun duduk terlalu lama bisa juga mengarah ke peradangan jauh di dalam tubuh, faktor risiko yang diketahui untuk tumor, kata para peneliti.

Dr Claire Knight, petugas informasi kesehatan di Cancer Research UK, mengatakan temuan tersebut menunjang studi lain mengenai aktivitas fisik dan kanker. Tapi ia mengingatkan temuan tersebut perlu direplikasi dalam studi yang lebih besar.

"Ini studi yang cukup kecil yang mengandalkan pada menanyai orang tentang perilaku mereka bertahun-tahun lalu, yang dapat membuat (hasilnya) kurang dapat diandalkan. Tapi studi ini mencerminkan penelitian yang lebih besar lain yang menunjukkan bahwa tidak aktif secara fisik dapat berarti risiko kanker lebih besar,” imbuhnya.

"Bahkan sejumlah kecil aktivitas fisik bisa baik untuk kesehatan Anda dan dengan lebih aktif kita, semakin kita dapat membantu mengurangi risiko kanker kami. Menjadi aktif secara fisik juga membantu dengan menjaga berat badan yang sehat, yang kita tahu dapat mengurangi risiko berbagai jenis kanker,” pungkasnya. (go4/*****)
Read More >>
Minum kopi membuat wanita lebih sulit hamil, sebuah penelitian menyebutkannya.
Ini diperkirakan karena Kafein, yang terkandung dalam kopi merusak transportasi telur dari ovarium ke rahim, sebut para ilmuwan dari Amerika.
Penelitian yang melibatkan 9.000 wanita ini menemukan bahwa minum lebih dari empat cangkir kopi sehari memotong kemungkinan hamil hingga seperempat kali.
Penyelidikan terbaru yang dilakukan pada mencit menunjukkan bahwa kafein menghambat kontraksi saluran tuba yang dibutuhkan untuk membawa telur ke rahim.
Kafein mengaktifkan sel-sel alat pacu jantung khusus di dinding tabung. Sel-sel gelombang koordinasi kontraksi tabung yang bergerak membawa telur menuju rahim.
Pemimpin studi Sean Ward, dari University of Nevada di Reno, AS, mengatakan temuan ini memberikan penjelasan menarik tentang mengapa wanita dengan konsumsi kafein tinggi seringkali memakan waktu lebih lama untuk hamil daripada wanita yang tidak mengonsumsi kafein. (*)
Read More >>
Anda bisa kembali menggunakan cara tradisional untuk melihat suatu penyakit yang bersarang dalam tubuh Anda.

Sebuah studi menyebutkan warna kuku bisa menjadi akternatif untuk mengetahui penyakit apa yang sedang Anda derita sebelum memutuskan untuk berkunjung ke dokter.

Seperti dikutip dari Aolheath, setiap orang memiliki tipe kuku berbeda, mulai dari tekstur, warna hingga kekuatannya. Dan setiap jenis kuku memiliki arti tersendiri, terutama dalam kaitannya dengan jenis penyakit.

FAAD dari American Academy of Dermatology (AAD), Andrea Cambio, MD mengatakan, kuku adalah jendela ke dalam tubuh seseorang. Melalui kuku dapat terlihat kemungkinan penyakit apa saja yang sedang berproses dalam tubuh.

Nah, intip kondisi kesehatan melalui bentuk dan warna kuku Anda.

Kuku kuning

Salah satu penyebab paling umum kuku berwarna kuning adalah infeksi jamur. Semakin memburuknya infeksi bisa membuat kuku tidak tumbuh sehat, menebal, dan rapuh. Kuku kuning juga menunjukan kondisi lebih serius seperti penyakit tiroid parah, paru-paru, diabetes, atau psoriasis.

Kuku bengkak dan terlipat

Jika kulit di sekitar kuku terlihat merah dan bengkak, ini dikenal sebagai peradangan yang menunjukan adanya penyakit lupus dan gangguan jaringan ikat.

Garis hitam

Periksakan segera jika ada garis hitam di kuku Anda. Ini terkait gejala melanoma atau yang dikenal dengan kanker kulit dari jenis yang paling berbahaya.

Menggigit kuku

Menggigit kuku mungkin buat Anda hanyalah kebiasaan. Padahal ini sangat mungkin menandakan kecemasan yang berlebihan dan membutuhkan pengobatan karena menderita gangguan obsesif-kompulsif. Jadi, jika Anda tidak bisa berhenti, ada baiknya berdiskusi dengan dokter Anda.

Kuku kebiruan

Kuku berwarna kebiruan menandakan tubuh tidak mendapatkan oksigen cukup. Ini mengindikasikan adanya infeksi di paru-paru seperti pneumonia. Jika hanya sedikit kebiruan di ujung bawah kuku bisa juga menandakan diabetes.

Kuku pucat

Kuku berwarna pucat atau cenderung berwarna putih kadang-kadang terkait penuaan. Tetatpi ada empat penyakit serius yang mungkin saja ditandai dengan kuku berwarna pucat ini, misalnya, anemia, gagal jantung, pengidap penyakit hati atau juga gizi yang buruk.

Kuku putih

Jika kuku berwarna putih dengan ujung atas berwarna gelap mengindikasikan adanya masalah pada hati seperti hepatitis.

Kuku kasar

Jika permukaan kuku berkerut dan berbunyi jika diadu ini merupakan tanda awal dari psoriasis atau inflamasi arthritis. Perubahan warna kuku dapat terlihat merah kecokelatan.

Kuku retak

Kuku terlihat kering, rapuh dan sering retak telah lama dikaitkan dengan penyakit tiroid. Jika membelah dan berwarna kuning ada kemungkinan ini karena infeksi jamur. [mor]
Read More >>
Sebuah temuah baru menyebutkan bahwa sperma dapat melakukan gerakan paling cepat pada pria yang memiliki kadar vitamin D yang tinggi. Penelitian yang dilakukan pada 300 pria sehat baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction.
Tentu saja, temua ini memberi harapan baru bagi mereka yang mempunyai persoalan infertilitas.
Para peneliti menemukan bahwa sperma laki-laki yang kekurangan vitamin D (kurang dari 25 nanomoles per liter darah) memiliki motilitas kurang dari sperma yang memiliki lebih dari 75 nanomoles vitamin D per liter darah, kata peneliti Martin Blomberg Jensen dari Departemen Pertumbuhan dan Reproduksi di Rumah Sakit Universitas Kopenhagen di Denmark.
Para peneliti juga menemukan bahwa manfaat tersebut dapat diperoleh dengan cara mengekspos sperma terhadap vitamin D yang diaktifkan, "vitamin D diaktifkan mampu menginduksi motilitas sperma," kata Jensen. Matahari biasanya berperan dalam mengaktifkan vitamin D dalam kulit kita.
Studi ini menunjukkan bahwa vitamin D diperlukan untuk mengatasi persoalan reproduksi pada laki-laki. Tapi Jensen menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum vitamin dapat diresepkan untuk memperbaiki kualitas sperma.
"Dengan mengonsumsi suplemen vitamin D, Anda bisa meningkatkan jumlah vitamin yang aktif ," kata Jensen, "tapi ini belum terlihat dari testis yang dites."
Namun demikian, tingkat kecepatan sperma tidak menjamin bakal meningkatkan kesuburan pria. Karena kesuburan seorang pria "tergantung dari penyebab rendahnya tingkat kesuburan itu sendiri seperti motilitas, jumlah atau morfologi sperma," kata Jensen.
Kecepatan sperma "merupakan parameter yang sangat penting, dan proporsi sperma yang bergerak cepat (motil) memang terkait dengan dan menjadi preditor bagi tercapainya kehamilan. "
Namun demikian tidak ada metode ilmiah yang cocok untuk meningkatkan kualitas sperma, meskipun penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara kecepatan sperma dengan adanya antioksidan, seng dan vitamin, kata Jensen.
Sebagai contoh, penelitian disajikan pada tahun 2003 pada pertemuan American Society for Reproductive Medicine menunjukkan bahwa kecepatan sperma pada pria yang minum kopi ternyata lebih tinggi dibanding mereka yang tidak ngopi karena ada unsur antioksidannya. (*)
Read More >>
Bau mulut selama ini memang identik dengan masalah orang dewasa, sehingga banyak orangtua yang kaget saat mencium bau tidak sedap dari mulut malaikat kecilnya.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan napas berbau tak sedap. Namun pada anak-anak, napas berbau pada umumnya tidak berkaitan dengan penyakit serius. Penelitian tahun 1999 yang dimuat dalam Journal of Pediatrics menyebutkan, bau mulut pada anak mayoritas berasal dari masalah di dalam rongga mulut itu sendiri atau berkaitan dengan rongga hidung.
Penyebab utama bau mulut adalah karena kebersihan gigi yang buruk. Pembusukan sisa makanan oleh bakteri akan menghasilkan sulfur yang menguap. Mulut kering saat tidur, serta sisa makanan di sela gigi atau sekitar amandel yang mengendap juga bisa terurai menjadi produk yang menghasilkan bau.
Gigi berlubang juga dapat memicu bau mulut. Bila lubang gigi belum mengenai akar gigi biasanya anak belum merasakan nyeri, namun seringkali sudah menyebabkan bau mulut.
Faktor lain adalah penyakit sinusitis akut dan kronik. Pada kasus ini, bau mulut bukan satu-satunya gejala. Sinusitis pada umumnya diikuti dengan batuk, demam, atau pembengkakan di rongga hidung. Bau mulut juga bisa menandakan adanya infeksi tenggorokan.
Untuk mencegah bau mulut, biasakan anak menyikat giginya secara rutin pada pagi dan malam hari. Minum banyak air putih agar mulut lembab juga membantu. Periksakan gigi anak ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk mendeteksi adanya lubang atau gangguan lain pada gigi.
Read More >>


Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi melalui tali pusat. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang tidak steril. Masa inkubasi penyakit ini antara 5-14 hari.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan tetanus neonatorum adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengatasi gangguan fungsi pernapasan, maka intervensi yang dapat dilakukan adalah atur posisi bayi dengan kepala ekstensi, berikan oksigen sampai 1-2 liter/menit dan apabila terjadi kejang tinggikan kebutuhan oksigen sampai 4 liter/menit, setelah kejang hilang, turunkan. Lakukan penghisapan lendir, dan pasangkan spatula lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang. Lakukan observasi tanda vital setiap setengah jam. Berikan lingkungan dalam keadaan hangat, jangan memberikan lingkungan yang dingin, karena dapat menyebabkan apnea. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diazepam dengan dosis awal 2,5 mg intravena selama 2-3 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari, setelah keadaan klinis membaik dapat dilakukan pemberian ATS dengan dosis 10.000 U/hari, juga ampisilin 100 mg/kgBB/hari.
2. Perawatan saat kejang dilakukan untuk mencegah lidah tergigit, anoksia, jatuh ke belakang sehingga menutupi jalan napas, dan mencegah kejang ulang dengan cara sebagai berikut :
• Baringkan anak dengan posisi telentang serta kepala dimiringkan dan ekstensi
• Pasang spatel lidah dengan dibungkus kain kasa
• Berikan oksigen
• Lakukan kompres
• Lakukan observasi tanda vital dan sifat kejang.
3. Pemantauan tanda-tanda dehidrasi dan kekurangan nutrisi, seperti intake dan output, membrane mukosa, turgor kulit, dan lain-lain. Selanjutnya dapat diberikan cairan melalui infuse dengan cairan glukosa 10% dan natrium bikarbonat apabila pasien sering kejang dan apnea. Apabila kejang sudah berkurang, pemberian nutrisi dapat dilakukan melalui pipa lambung.

Sumber :
Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika 
http://filekebidanan.blogspot.com/2010/03/tetanus-neonatorum.html
Read More >>

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Malaria
2.1.1 Pengertian 

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer dkk., 2001).
Malaria adalah sejenis penyakit menular yang dalam manusia sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun Sahara (Wikipedia, 2002).
2.1.2 Etiologi 
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Pada manusia plasmodium terdiri dari empat spesies, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, dan plasmodium ovale. Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Keempat spesies plasmodium yang terdapat di Indonesia yaitu plasmodium falciparum yang meyebabkan malaria tropika, plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana, plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana dan plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale (Soedarmo, dkk., 2008).
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopheles betina yang sebelumnya terinfeksi. Pada keadaan lain, malaria berkembang pasca-penularan transplasenta atau sesudah transfusi darah yang terinfeksi. Masa inkubasi (antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya parasit dalam darah) bervariasi sesuai dengan spesies; pada P. falciparum masa inkubasinya 10 – 13; pada P.vivaks dan P. ovale, 12 – 16 hari; dan pada P. malariae 27 – 37 hari, tergantung pada ukuran inokulum. Malaria yang ditularkan melalui tranfusi darah yang terinfeksi nampak nyata pada waktu yang lebih pendek (Nelson, 2000).
Dalam daur hidupnya plasmodium mempunyai hospes yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke dalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk kemudian menempati jaringan parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon (stadium ekso-eritrositer atau stadium pra-eritrositer). Sebagian sporozoit tidak tumbuh dan tetap tidur (dormant) yang disebut hipnozoit (Soedarmo, dkk., 2008).
Plasmodium falciparum hanya terjadi satu kali stadium pra-eritrositer sedangkan spesies lain mempunyai hipnozoit bertahun-tahun sehingga pada suatu saat dapat aktif dan terjadilah relaps. Sel hati yang berisi parasit akan pecah dan terjadilah merozoit. Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit (stadium eritrositer), tampak sebagai kromatin kecil dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang mempunyai bentuk cincin, disebut tropozoit. Tropozoit membentuk skizon muda dan setelah matang, membelah menjadi merozoit. Setelah proses pembelahan eritrosit akan hancur; merozoit, pigmen dan sel sisa akan keluar dan berada di dalam plasma. Parasit akan difagositosis oleh RES. Plasmodium yang dapat meghindar akan masuk kembali ke dalam eritrosit lain untuk mengulangi stadium skizogoni. Beberapa merozoit tidak membentuk skizon tetapi memulai dengan bagian gametogoni yaitu membentuk mikro dan makro gametosit (stadium seksual). Siklus tersebut disebut masa tunas intrinsik (Soedarmo, dkk., 2008).
Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual (sporogoni). Sporogoni memerlukan waktu 8-12 hari. Dalam lambung nyamuk, makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet, yang selanjutnya menembus dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas ektrinsik. Secara umum, pada dasarnya semua orang dapat terkena malaria (Soedarmo, dkk., 2008).
2.1.3 Transmisi
Soedarmo, dkk. (2008) memaparkan, malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah.
1. Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk Anopheles
2. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu :
a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Selain plasenta penularan dari ibu kepada bayi melalui tali pusat.
b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.
c. Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (plasmodium gallinasium), burung dara (plasmodium relection) dan monyet (plasmodium knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.
2.1.4 Klasifikasi malaria
Menurut Harijanto (2000) klasifikasi malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
1. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum). 
Malaria tropika/ falciparum merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Malaria falciparum dikelompokkan atas dua kelompok yaitu Malaria falciparum tanpa komplikasi yang digolongkan sebagai malaria ringan adalah penyakit malaria yang disebabkan Plasmodium falciparum dengan tanda klinis ringan terutama sakit kepala, demam, menggigil, dan mual tanpa disertai kelainan fungsi organ. Sedangkan malaria falciparum dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO di definisikan sebagai infeksi Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi.
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
2. Malaria Kwartana (Plasmodium Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
3. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale) 
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walaupun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
4. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
2.1.5 Patogenesis dan Patologi
Selama skizogoni, sirkulasi perifer menerima pigmen malaria dan produk samping parasit, seperti membran dan isi-isi sel eritrosit. Pigmen malaria tidak toksik, tetapi menyebabkan tubuh mengeluarkan produk-produk asing dan respon fagosit yang intensif. Makrofag dalam sistem retikuloendotelitial dan dalam sirkulasi menangkap pigmen dan menyebabkan warna agak kelabu pada sebagian besar jaringan dan organ tubuh. Pirogen dan racun lain yang masuk ke sirkulasi saat skizogoni, diduga bertanggung jawab mengaktifkan kinin vasoaktif dan kaskade pembekuan darah (Soedarmo, dkk., 2008).
Mengenai patogenesis malaria lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemia yang tidak sebanding dengan parasitemia, menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Diduga terdapat toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Faktor lain yang menyebabkan anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Suatu bentuk khusus anemia hemolitik pada malaria adalah black water fever, yaitu bentuk anemia hemoglobinuria, kegagalan ginjal akut akibat nekrosis tubulus, disertai angka kematian yang tinggi (Soedarmo, dkk., 2008).
Pada infeksi malaria, limpa akan membesar, mengalami pembendungan dan pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hiperplasi dari retikulum disertai peningkatan makrofag. Pada sindrom pembesaran limpa didaerah tropis atau penyakit pembesaran limpa pada malaria kronis biasanya dijumpai bersama dengan peningkatan kadar IgM. Peningkatan antibodi malaria ini mungkin menimbulkan respons imunologis yang tidak lazim pada malaria kronis (Soedarmo, dkk., 2008).
2.1.6 Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Gejala yang palig mencolok adalah demam yang diduga disebabkan oleh pirogen endogen, yaitu TNF dan interleukin-1. Akibat demam terjadi vasodilatasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktivasinya sistem retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolisis. Juga terjadi penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil. Terjadinya kongesti pada organ lain meningkatkan resiko terjadinya ruptur limpa (Soedarmo, dkk., 2008).
Pertahanan tubuh individu terhadap malaria dapat berupa faktor yang diturunkan maupun yang didapat. Pertahanan terhadap malaria yang diturunkan terutama penting untuk melindungi anak kecil/bayi karena sifat khusus eritrosit yang relatif resisten terhadap masuk dan berkembang-biaknya parasit malaria. Masuknya parasit tergantung pada interaksi antara organel spesifik pada merozoit dan struktur khusus pada permukaan eritrosit (Soedarmo, dkk., 2008).
2.1.7 Manifestasi Klinis
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselilingi oleh suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum demam pasien biasanya merasa lemas, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran (lebih dari satu jenis plasmodium tetapi infeksi berulang dalam waktu berbeda), maka serangan demam terus-menerus (tanpa interval), sedangkan pada pejamu yang imun gejala klinis minimal.
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer dkk. (2001) antara lain sebagai berikut :
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
a. Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
2. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan, eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time), dan gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
4. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan sklera mata akibat kelebihan billirubin dalam darah. Billirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik, disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua billirubin yang di hasilkan.
b. Ikterus hepatoseluler, penurunan penyerapan dan konjugasi billirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif, sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif.
Malaria laten adalah masa pasien diluar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat :
a. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
b. Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.
2.1.8 Komplikasi
Harijanto (2006), mengemukakan komplikasi yang mungkin terjadi akibat dari malaria yaitu :
1. Malaria serebral
2. Anemia berat
3. Gagal Ginjal Akut (urin <400>3mg%)
4. Edema paru atau ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
5. Hipoglikemia, kadar gula darah <40mg%
6. Gagal sirkulasi atau syok
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus digestivus, dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2x dalam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.
9. Makroskopik hemoglobinuria oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat anti malaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase (G6PD)
2.1.9 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (Depkes RI, 2006).
Pada daerah endemis diagnosis malaria tidak sulit, biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala serta tanda klinis. Tetapi walaupun di daerah bukan endemis malaria, diagnosis banding malaria harus dipikirkan pada riwayat demam tinggi berulang, apalagi disertai gejala trias yaitu demam, splenomegali, dan anemia. Perlu diingat bahwa diagnosis malaria merupakan hasil pertimbangan klinis dan tidak selalu disertai hasil laboratorium oleh karena beberapa kendala pada pemeriksaan laboratorium. Ditemukannya beberapa parasit dalam sediaan seorang anak penduduk asli yang semi-imun menunjukkan adanya infeksi, tetapi anak tersebut tidak selalu harus sakit; mungkin parasit ditemukan secara tidak sengaja pada saat anak berobat untuk penyakit lain (Soedarmo, dkk., 2008).
Pemeriksaan hapusan darah tepi tipis dengan pewarnaan Giemsa dan tetes tebal merupakan metode yang baik untuk diagnosis malaria. Pada pemeriksaan hapusan darah tepi dapat dijumpai trombositopenia dan leukositosis. Peningkatan kadar ureum, kreatinin, bilirubin dan enzim seperti aminotransferase dan 5’-nukleotidase. Pada penderita malaria berat yang mengalami asidosis, dijumpai pH darah dan kadar bikarbonat rendah. Kekurangan cairan dan gangguan elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium dan fosfat) sering pula dijumpai. Kadar asam laktat dalam darah dan likuor serebrospinal juga meningkat (Soedarmo, dkk., 2008).
Tes serologis yang digunakan untuk diagnosis malaria adalah IFA (indirect fluorescent antibody test), IHA (indirect hemaglutination test) dan ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Kegunaan tes serologis untuk diagnosis malaria akut sangat terbatas, karena baru akan positif beberapa hari setelah parasit malaria ditemukan dalam darah. Jadi sampai saat ini tes serologi merupakan cara terbaik untuk studi epidemiologi (Soedarmo, dkk., 2008).
Teknik diagnostik lainnya adalah pemeriksaan QBC (quantitative buffy coat), dengan menggunakan tabung kapiler dan pulasan jingga akridin kemudian diperiksa di bawah mikroskopis fluoresens. Teknik mutakhir lain yang dikembangkan saat ini menggunakan pelacak DNA probe untuk mendeteksi antigen (Soedarmo, dkk., 2008).
Karena adanya berbagai variasi gejala malaria pada anak maka perlu dibedakan dengan demam oleh sebab penyakit lain seperti demam tifoid, meningitis, apendisitis, gastroenteritis, atau hepatitis. Malaria dengan klinis yang lebih ringan, harus dibedakan dengan atau penyakit virus lainnya (Soedarmo, dkk., 2008).
2.1.10 Pengobatan
Dalam pengobatan malaria, faktor pilihan dan penggunaan obat-obat antimalaria yang efektif disesuaikan dengan jenis kasus malaria yang dihadapi merupakan hal yang sangat penting. Di samping itu, tidak kalah penting adalah pengobatan penunjang, yang diperlukan untuk memperbaiki gangguan patofisiologi penderita sebagai komplikasi malaria yang berat, misalnya perbaikan keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam-basa, mengatasi anemia, kejang, hiperpireksia, hipoglikemi, muntah, dan kegagalan fungsi ginjal (Usman, 2009).
Mansjoer dkk. (2001) mengemukakan berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria terhadap obat antimalaria, maka obat antimalaria dapat juga dibagi dalam 5 golongan yaitu:
1. Skizontisida jaringan primer yang dapat membasmi parasit stadium praeritrosit dalam hati sehingga mencegah parasit masuk dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai obat profilaksis kausal, yaitu pirimetamin.
2. Skizontisida jaringan sekunder yang dapat membunuh parasit siklus eksoeritrosit P. vivax dan P. ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps, yaitu primakuin.
3. Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrosit, yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinik.
Obat ini digunakan untuk pengobatan supresif bagi keempat spesies Plasmodium dan juga dapat membunuh stadium gametosit P. vivax, P. malariae dan P. ovale, tetapi tidak efektif untuk gametosit P. falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau amodiakuin; atau proguanil dan pirimetamin yang mempunyai efek terbatas.
4. Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual termasuk gametosit P. falcifarum. Obatnya adalah primakuin sebagai gametositosida untuk keempat spesies dan kuinin, klorokuin atau amodiakuin sebagai gametositosida untuk P. vivax, P. malariae dan P. ovale.
5. Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat – obat yang termasuk golongan ini adalah primakuin dan proguanil.
Obat yang dipakai untuk pengobatan malaria di Indonesia adalah klorokuin, primakuin, kina, pirimetamin, dan sulfadoksin (Soedarmo, dkk., 2008). Harijanto (2000) mengemukakan, obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivat artemisin.
1. Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan malaria.
2. Sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita malaria falciparum tanpa komplikasi.
3. Kina merupakan obat antimalaria pilihan untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
4. Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis, pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat.
5. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrug.
Soedarmo, dkk. (2008) menjelaskan pengobatan malaria dibagi atas malaria ringan dan malaria berat (disertai komplikasi).
A. Malaria ringan tanpa komplikasi
Malaria ringan tanpa komplikasi dapat dilakukan pengobatan secara rawat jalan atau rawat inap sebagai berikut :
1. Klorokuin basa diberikan total 25 mg/kgBB selama 3 hari, dengan perincian sebagai berikut : hari pertama 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa), 6 jam kemudian dilanjutkan 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan 5 mg/kgBB pada 24 jam (maksimal 300 mg basa). Atau hari I dan II masing-masing 10 mg/kgBB dan hari III 5 mg/kgBB. Pada malaria tropika ditambahkan primakuin 0,75 mg/kgBB, 1 hari. Pada malaria tersiana ditambahkan primakuin 0,25 mg/kgBB/hari, 14 hari.
2. Bila dengan pengobatan butir 1 ternyata pada hari IV masih demam atau hari VIII masih dijumpai parasit dalam darah maka diberikan:
a. Kina sulfat 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, selama 7 hari atau
b. Fansidar atau suldox dengan dasar pirimetamin 1-1,5 mg/kgBB atau sulfadoksin 20-30 mg/kgBB single dose (usia diatas 6 bulan). Obat ini tidak digunakan pada malaria tersiana.
3. Bila dengan pengobatan butir 2 pada hari IV masih demam atau pada hari VIII masih dijumpai parasit maka diberikan :
a. Tetrasiklin HCl 50 mg/kgBB/kali, sehari 4 kali selama 7 hari + fansidar/suldox bila sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2a, atau:
b. Tetrasiklin HCl + kina sulfat bila sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2b. Dosis kina dan fansidar/suldox sesuai butir 2a dan 2b (Tetrasiklin hanya diberikan pada umur 8 tahu atau lebih)
Obat Anti Malaria yang Masih Sangat Terbatas di Indonesia
1. Meflokuin
Tablet 274 mg meflokuin hidroklorida mengandung 250 mg meflokuin basa. Dosis untuk anak 15 mg meflokuin basa/kgBB, dosis tunggal, sebaiknya sesudah makan.
2. Halofantrin
Tablet 250 mg halofantrin hidroklorida mengandung 233 mg basa, sedangkan sirup tiap ml mengandung 100 mg halofantrin hidroklorida setara 93,2 mg basa. Dosis 24 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis, yaitu 8 mg/kgBB tiap 8 jam dan diulang dengan dosis yang sama 1 minggu kemudian. Absorpsinya baik bila dimakan bersama makanan berlemak.
3. Artemisinin
Tablet/kapsul 250 mg. Dosis 10 mg/kgBB, sekali sehari selama 5 hari, untuk hari pertama diberikan dua dosis.
Pada saat ini sudah lebih dari 25 % provinsi di Indonesia telah terjadi multiresistensi terhadap obat standard yang cukup tinggi. Oleh karena itu Komisi Ahli Malaria (KOMLI) menganjurkan strategi baru pengobatan malaria pada daerah-daerah tersebut dan sesuai dengan rekomendasi WHO untuk secara global menggunakan obat artemisinin yang dikombinasi dengan obat lain. Pengobatan tersebut dikenal sebagai Artemisinin based Combination Therapy (ACT) (Soedarmo, dkk., 2008).
Derivat artemisinin:
1. Artesunat:
a. Tablet/kapsul 50 mg/200 mg. Dosis 2 mg/kgBB sekali sehari selama 5 hari; untuk hari pertama diberi 2 dosis.
b. Suntikan IM/IV; ampul 60 mg/ampul. Dosis 1,2 mg/kgBB sekali sehari selama 5 hari; untuk hari pertama diberi 2 dosis.
2. Artemether:
a. Tablet/kapsul 40 mg/50mg. Dosis 2 mg/kgBB sekali sehari selama 6 hari; untuk hari pertama diberi 2 dosis.
b. Suntikan: ampul 80 mg/ampul. Dosis 1,6 mg/kgBB sekali selama 6 hari; untuk hari pertama diberi 2 dosis.
3. Dehidroartemisinin:
Tablet/kapsul 20 mg/60 mg/ 80 mg. dosis 2 mg/kgBB sekali sehari selama 4 hari; untuk hari pertama diberi 2 dosis.
4. Arheether:
Suntikan 150 mg/ampul, dalam bentuk β-artheether (artenotil). Dosis pertama 4,8 mg/kgBB, 6 jam kemudian 1,6 mg/kgBB, selanjutnya 1,6 mg/kgBB tiap hari- selama 4 hari.
Obat malaria kombinasi (ACT) yang tidak tetap saat ini misalnya :
1. Artesunat + Meflokuin
2. Artesunat + Amodiakuin
3. Artesunat + Klorokuin
4. Artesunat + Sulfadoksin-Pirimetamin
5. Artesunat + Pironoridin
6. Artesunat + Klorguanil-Dapson (CDA/Lapdap plus)
7. Dehidroartemisinin+ Piperakuin + Trimetoprim (Artecom)
8. Artecom + Primakuin (CVB)
9. Dehidroartemisinin + Naphtrokuin
Dari kombinasi tersebut diatas, yang tersedia di Indonesia saat ini adalah kombinasi artesunat + amodiakuin dengan nama dagang artesdiaquin atau artesumoon. Obat ini tersedia untuk program dan telah diedarkan di 10 provinsi yang terdapat resistensi tinggi (>25%) terhadap obat klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin. Dosis artesdiaquin merupakan gabungan artesunat 2 mg/kgBB sekali sehari selama 3 hari, untuk hari pertama diberi 2 dosis dan amodiakuin hari I dan II 10 mg/kgBB dan hari III 5 mg/kgBB.
Untuk pemakaian obat golongan artemisinin harus dibuktikan malaria positif, sedangkan bila hanya klinis malaria digunakan obat non-ACT.
Pemantauan Respon Pengobatan
Pemantauan respon pengobatan sangat penting untuk mendeteksi pengobatan malaria secara dini berdasarkan respon klinis dan pemeriksaan patologis. Dikatakan gagal pengobatan bila dijumpai salah satu criteria berikut :
1. Kegagalan pengobatan dini, bila :
a. Parasitemia dengan komplikasi malaria berat pada hari 1,2,3.
b. Parasitemia hari ke 2 > hari 0.
c. Parasitemia hari ke 3 (>25 % dari hari 0)
d. Parasitemia hari ke 3 dengan suhu aksila > 37,5 C
2. Kegagalan pengobatan kasep, bila antara hari ke 4-28 dijumpai 1 atau lebih keadaan berikut :
a. Secara klinis dan parasitologi :
a) Adanya malaria berat setelah hari ke 3 dan parasitemia, atau
b) Parasitemia dan suhu aksila > 37,5 C pada hari ke 4-28 tanpa ada kriteria gagal pengobatan dini.
b. Secara parasitologi :
a) Adanya parasitemia pada hari ke 7, 14, 21, dan 28.
b) Suhu aksila < 37,5 C tanpa ada kriteria kegagalan pengobatan dini.
3. Respon klinis dan parasitologi memadai, apabila pasien sebelumnya tidak berkembang menjadi kegagalan butir no.1 atau 2 dan tidak ada parasitemia.
B. Malaria Berat
Penatalaksanaan malaria berat harus dapat dilakukan diagnosis dan tindakan secara cepat dan tepat sebagai berikut:
1. Tindakan umum/perawatan
2. Pemberian obat antimalaria/transfuse tukar
3. Pemberian cairan/nutrisi
4. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ
Tindakan perawatan umum pada malaria berat di ruang intensif :
1. Pertahankan fungsi vital:sirkulasi, respirasi, kebutuhan cairan dan nutrisi
2. Hindari trauma: dekubitus, jatuh dari tempat tidur
3. Monitoring: suhu tubuh, nadi, tensi tiap ½ jam. Awasi ikterus dan perdarahan
4. Posisi tidur sesuai kebutuhan
5. Perhatikan warna dan suhu kulit
6. Cegah hiperpireksi
7. Pemberian cairan: oral, sonde, infus
8. Diet porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat dan garam
9. Perhatikan kebersihan rambut
10. Perhatikan dieresis dan defekasi, aseptic kateterisasi
2.1.11 Pencegahan
Dalam upaya pemberantasan penyakit malaria, Usman (2009) memaparkan berapa langkah dalam pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yang berakibat infeksi dan sebelum berlanjut ke pengobatan, antara lain:
1. Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated (dicelup pestisida : pemethrin atau deltamethrin)
2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk
3. Mencegah berada di alam bebas di mana nyamuk dapat mengigit atau harus memakai proteksi (baju dengan lengan panjang, kaus/stoking). Nyamuk akan menggigit diantara jam 18.00-06.00.
4. Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari nyamuk dengan kawat/kelambu anti nyamuk.
5. Penyuluhan kesehatan hendaknya diselenggarakan terus-menerus di tingkat desa untuk membimbing masyarakat mengenal malaria, mendorong segera mencari pengobatan bila terserang malaria dan menyadarkan penduduk bahwa penyakit malaria dapat dicegah dan diberantas (Mahyuliansyah, 2009).
6. Peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria perlu ditingkatkan antara lain dalam hal pelaksanaan upaya yang bersifat sederhana misalnya menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat, melaporkan kejadian penyakit malaria secepatnya (Mahyuliansyah, 2009).
Soedarmo, dkk. ( 2008), memaparkan pencegahan malaria sebagai berikut:
1. Pemakaian obat anti malaria
Semua anak dari daerah non-endemik apabila masuk ke daerah endemik malaria, maka 2 minggu sebelumnya sampai 4 minggu setelah keluar dari daerah endemic malaria, tiap minggu diberikan obat anti malaria.
a. Klorokuin basa 5 mg/kgBB (8,3 mg garam), maksimal 300 basa sekali seminggu atau
b. Fansidar atau suldox dengan dasar pirimetamin 0,50-0,75 mg/kgBB atau sulfadoksin 10-15 mg/kgBB sekali seminggu (hanya untuk umur 6 bulan atau lebih).
2. Vaksin malaria
Vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu mencegah penyakit ini, tetapi adanya bermacam-stadium pada perjalan penyakit malaria menimbulkan kesulitan pembuatannya. Penelitian pembuatan vaksin malaria ditujukan pada 2 jenis vaksin, yaitu:
a. Proteksi terhadap ketiga stadium parasit: a. Sporozoit yang berkembang dalam nyamuk dan menginfeksi manusia, b. Merozoit yang menyerang eritrosit, dan c. Gametosit yang menginfeksi nyamuk;
b. Rekayasa genetika atau sintesis polipeptida yang relevan. Jadi, pendekatan pembuatan vaksin yang berbeda-beda mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung tujuan mana yang akan dicapai. Vaksin sporozoit Plasmodium Falciparum merupakan vaksin yang pertama kali diuji coba, dan apabila telah berhasil, dapat mengurangi mobiditas dan mortalitas malaria tropika terutama pada anak dan ibu hamil. Dalam waktu dekat akan diuji coba vaksin dengan rekayasa genetika.

sumber :
  1. Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  2. Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol. 2. Jakarta: EGC
  3. Soedarmo, dkk. 2009. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI 
  4.  http://filekebidanan.blogspot.com/2010/03/landasan-teori-malaria-pada-anak.html
Read More >>


Penyakit asam urat biasanya menyerang mereka yang sudah berumur diatas 40 tahun. Dan menurut data statistic, lelaki lebih banyak terserang penyakit ini ketimbang perempuan. Sedangkan perempuan yang kerap terserang penyakit ini adalah perempuan di usia menjelang atau yang telah memasuki masa menopause. Wanita produktif, lantaranmasih punya kadar hormone estrogen tinggi, mampu mengekspresikan asam urat yang berlebihan dari dalam tubuh.
Kadar asam urat darah yang normal adalah 3,4 sampai dengan 7,0 mg/dl untuk pria dewasa, dan 2,4 sampai dengan 5,7 mg/dl untuk wanita dewasa. Gejala awal yang disebabkan oleh kadar asam urat tinggi adalah penderitanya sering merasa kesemutan pada jari tangan atau jari kaki. Selain itu, penderita juga mengalami rasa nyeri di persendian jemari kaki atau tangan, di punggung kaki, di tumit, di lutut, di siku, di pinggang, di bahu, atau beberapa bagian tubuh lainnya. Rasa nyeri itu terkadang sangat berlebuhan sehingga dapat sangat mengganggu aktivitas penderitanya. Tapi, biasanya nyeri itu akan reda lalu hilang dengan sendirinya dalam waktu tertentu kendati tidak diobati sama sekali.
Bila penyakit ini tak ditangani, kesemutan dan rasa nyeri itu akan makin parah, durasi serangannya makin tinggi, dan frekuensi kemunculannya juga makin tinggi. Kadar asam urat yang tinggi, bila dibiarkan terus, bisa berubah menjadi Kristal-kristal urat, yang dapat menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Dan bila Kristal-kristal itu sudah menyerang persendian, tempat yang kena serangan itu bisa membengkak, terasa sakit sekali, dan berwarna kemerah-merahan. Kristal-kristal urat yang makin banyak akan membuat kinerja ginjal terganggu. Sebagai akibatnya, muncullah penyakit baru, berupa gangguan ginjal, bahkan gagal ginjal. Kalau sudah begini, seorang penderita biasanya terpaksa melakukan cuci darah secara berkala, sampai akhir hayatnya.
Selain factor genetic alias keturunan, yang bisa memicu penyakit asam urat untuk muncul cukup banyak. Jarang berolahraga, tidak peduli pada pola makan yang baik, lebih banyak menghabiskan waktu di ruangan ber-AC, merupakan beberapa diantara sekian banyak contoh pemicunya. Jadi, apa yang harus dilakukan bila sudah terserang? Tentu menjaga pola makan serta menjalankan polahidup yang sehat. Untuk itu, hindarilah memakan jeroan, seafood, makanan yang diawetkan, daging, makanan atau minuman yang beralkohol, asparagus, kembang kol, bayam, buncis, toge, kankung, melinjo, kacang tanah, durian, nangka, dan beberapa jenis pangan lainnya.

Sumber :
Tabloid Bulanan Matralife edisi 05 Maret 2010
http://filekebidanan.blogspot.com/2010/03/lama-di-ruangan-ber-ac-ternyata-bisa.html
Read More >>
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, sampai asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru. Asfiksia neonatarum dapat disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah adanya (1) penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, gangguan atau penyakit paru, dan gangguan kontraksi uterus; (2) pada ibu yang kehamilannya beresiko; (3) factor plasenta, seperti janin dengan solusio plasenta; (4) factor janin itu sendiri, seperti terjadi kelainan pada tali pusat, seperti tali pusat menumbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir; serta (5) factor persalinan seperti partus lama atau partus dengan tindakan tertentu.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada bayi dengan asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut :
1. Pemantauan gas darah, denyut nadi, fungsi system jantung dan paru dengan melakukan resusitasi, memberikan oksigen yang cukup, serta memantau perfusi jaringan tiap 2-4 jam.
2. Mempertahankan jalan napas agar tetap baik, sehingga proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Cara mengatasi asfiksia adalah sebagai berikut.
Asfiksia Ringan APGAR skor (7-10)
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :
1. Bayi dibungkus dengan kain hangat
2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lender pada hidung kemudian mulut.
3. Bersihkan badan dan tali pusat
4. Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan masukkan ke dalam incubator.
Asfiksia Sedang APGAR skor (4-6)
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan jalan napas
2. Berikan oksigen 2 liter per menit
3. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada reaksi, bantu pernapasan dengan masker (ambubag).
4. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4cc disuntikkan melalui vena umbilikalis secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan intracranial meningkat.
Asfiksia Berat APGAR skor (0-3)
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
2. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3. Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube)
4. Bersihkan jalan napas melalui ETT.
5. Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Selanjutnya berikan dekstrosa 40% sebanyak 4cc.

Sumber :Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Read More >>
Penyebab 
Selama trimester pertama payudara mengalami perubahan dramatis. Estrogen menstimulasi proliferasi system duktus pada payudara. System glandular distimulasi oleh human placental lactogen, human chorionic gonadotropin, dan prolaktin; progesteron merangsang pertumbuhan lobules-lobulus. Selanjutnya, hormon-hormon ini merangsang alveoli untuk meningkatkan ukuran dan menggelapkan warnanya. Nyeri tekan pada payudara hamper selalu hilang pada akhir trimester pertama, meskipun pada beberapa wanita dapat berlanjut mengalami nyeri tekan selama kehamilan.
Pengumpulan Data
Subjektif
1. Penjelasan tenang awitan, frekuensi, lama, dan karakter nyeri tekan
2. Identifikasi beberapa daerah khusus nyeri tekan
3. Identifikasi status laktasi saat ini
Objektif
1. Inspeksi payudara untuk adanya tanda infeksi atau iritasi putting
2. Palpasi pyudara untuk adanya massa
Diagnosis Banding
1. Perubahan payudara normal dalam kehamilan
2. Mastitis
3. Mastalgia karena penyebab yang tidak dapat ditentukan
Intervensi
Praktisi harus berusaha meyakinkan tentang keadaan normal dalam kehamilan yang disebabkan oleh perubahan hormonal. Nyeri tekan dapat dihilangkan dengan memakai bra (BH) yang pas dipakai dan baik. Para wanita harus melihat karakteristik berikut ketika membeli bra untuk kehamilan dan menyusui:
1. Bra harus terbuat dari katun atau bahan berongga lainnya, bahan mudah dicuci yang akan menyerap keringat
2. Bra harus terbentuk untuk member sokongan yang kuat pada seluruh payudara
3. Jangan ada lipatan atau lapisan dalam yang akan meningkatkan tekanan pada daerah seputar payudara
4. Tali bahu dan punggung harus cukup lebar untuk mencegah tegangan disekitar bahu dan dibawah lengan.
Selanjutnya, praktisi harus mendiskusikan dampak ekspresi seksual dan berbagi kenyataan dengan pasangannya bahwa payudara nyeri tekan. Hubungan seksual yang melibatkan payudara mungkin perlu ditunda samapi nyeri tekan kembali normal.
Indikasi Untuk Rujukan
Jarang dibutuhkan rujukan pada nyeri tekan payudara normal dalam kehamilan. Mastitis dapat ditanggulangi sendiri berdasarkan kebijakan praktik. Pasien dengan massa di payudara atau mastalgia yang melebihi perubahan normal kehamilan harus dirujuk untuk dievaluasi medis.

Sumber : Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Read More >>
Penyebab
Progesterone menyebabkan otot polos berelaksasi yang mengakibatkan menurunnya motilitas pada usus dan menyebabkan wanita mengalami konstipasi dalam kehamilan. Motilitas yang tertunda, seiring dengan meningkatnya jumlah aldosteron dan angiotensin, mengarah pada meningkatnya penyerapan air yang mengakibatkan feses keras. Perubahan dalam diet dan olahraga, kurangnya cairan secara adekuat, dan penggunaan suplemen zat besi juga berperan terhadap munculnya masalah ini. Selanjutnya, peningkatan ukuran uterus pada uterus yang hamil mempersulit aktivitas mengejan sambil membungkuk, karenanya menurukan dorongan untuk mengeluarkan feses.
Pengumpulan Data
Subjektif
1. Penjelasan pola defekasi yang biasa
2. Penjelasan pola saat ini
3. Identifikasi penggunaan laksatif sebelumnya dan saat ini
4. Catatan diet 24 jam, termasuk semua cairan dikonsumsi
5. Identifikasi tindakan menyembuhkan diri sendiri yang dapat memperbaiki atau memperburuk kondisi
6. Indentifikasi karakteristik nyeri abdomen
Objektif 
Palpasi abdomen untuk mengidentifikasi massa, pembengkakan, nyeri tekan.
Diagnosis banding
1. Perubahan defekasi normal pada kehamilan yang disebabkan diet atau kekurangan cairan
2. Konstipasi yang berhubungan dengan patologi gastrointestinal
Intervensi 
Penjelasan mengenai perubahan normal dalam kehamilan yang mempredisposisikan ibu pada konstipasi harus diberikan. Cara pencegahan, meliputi diet termasuk cairan (paling sedikit 6-8 gelas sehari), meningkatkan diet serat, meningkatkan konsumsi buah segar dan sayuran, identifikasi makanan tertentu yang menstimulasi aktivitas defekasi (prem, jus prem, dan minuman panas) harus digali. Jika dibutuhkan, penggunaan laksatif serat mungkin direkomendasikan. Dosis bergantung pada produknya, intruksi pada kemasan harus diikuti. Docusate sodium (100 mg BID) untuk penggunaan jangka pendek mungkin tepat. Minyak mineral dikontraindikasikan karena mencegahan penyerapan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Diskusi mengenai pencegahan ketergantungan terhadap laksatif harus dimasukkan dalam konseling. Diskusi mengenai pencegahan ketergantungan terhadap laksatif harus dimasukkan dalam konseling. Diskusi mengenai rutinitas harian dapat mengidentifikasi perilaku seperti mengabaikan keinginan defekasi, yang akan menghambat fungsi normal defekasi.
Masase abdomen yang kuat searah jarum jam dapat merangsang peristaltic. Pemberian akupresur sebentar, sekitar 10 detik pada titik tengah antara pubis dan umbilicus selama kira-kira 10 menit, dapat juga merangsang aktivitas defekasi.
Indikasi Untuk Rujukan
Konstipasi yang tidak membaik dengan perubahan diet dan laksatif membutuhkan evaluasi medis lebih lanjut. Perubahan kebiasaan defekasi diikuti dengan nyeri abdomen hebat atu perdarahan rectal yang membutuhkan konsultasi atau rujukan untuk evaluasi si medis.

Sumber :Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Read More >>
Penyebab
Relaksasi akibat hormone progesterone otot polos yang menyebabkan penurunan motilitas usus, mengakibatkan terjadinya kantong gas. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri gas, dan flatulens.
Pengumpulan Data
Subjektif 
1. Deskripsi awitan, frekuensi, lama dan karakter masalah
2. Identifikasi asuhan makan yang berhubungan dengan masalah (mis. Intoleransi susu)
3. Pengingatan diet 24 jam
4. Identifikasi riwayat masalah yang sama sebelum kehamilan
Objektif 
1. Inspeksi abdomen untuk adanya distensi
2. Palpasi abdomen untuk konfirmasi
Diagnosis Banding
Perubahan gastrointestinal normal dalam kehamilan masalah gastrointestinal lainnya, etiologi tidak diketahui.
Intervensi 
Perubahan usus dalam kehamilan harus dijelaskan dengan menghindari masalah makanan seperti bawang putih, kacang-kacangan, bunga kol, kol dapat membantu. Minum yoghurt atau minuman susu dapat mempertahankan flora normal usus.
Indikasi Untuk Rujukan
Rujukan untuk intervensi medis jarang dibutuhkan .
Sumber :
1. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Read More >>
Penyebab
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira-kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas pada kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah human chorionic gonadotropin (hCG). Saat jumlah hCG mulai turun, rasa mual dapat pulih. Hubungan hormonal ini lebih jauh didukung oleh kenyataan bahwa, dalam situasi kadar hCG lebih tinggi dari biasanya (Kehamilan multiple, penyakit trofoblastik), mual dan muntah meningkat. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indera penciuman dan perasa pada awal kehamilan.
Terdapat bukti bahwa mulai dapat dihubungkan dengan kekurangan vitamin B, terutama vitamin B6 . meskipun tidak ada hubungan antara jumlah piridoksin dan derajat morning sickness, bukti menunjukan bahwa suplementasi vitamin B dapat mengurangi mual dan muntah pada kehamilan, terutama dalam kasus muntah yang berat.
Pengumpulan Data
Subjektif
1. Deskripsi awitan, frekuensi, durasi dan karakter masalah
2. Identifikasi factor lingkungan yang berhubungan
3. Pengingatan diet 24 jam
4. Identifikasi tindakan perawatan sendiri yang memperbaiki atau memperburuk
Objektif 
1. Palpasi turgor kulit
2. Inspeksi membrane mukosa
3. Berat badan saat ini dan sepanjang waktu
4. Keton urine, berat jenis, warna

Diagnosis Banding
1. Mual dan muntah pada kehamilan
2. Mual dan muntah sekunder akibat infeksi gastrointestinal.
Intervensi 
Mual dan muntah tanpa dehidrasi dapat sembuh dengan sendirinya, dan perlu penjelasan tentang penyebab yang mungkin dan diskusi tentang pengobatan sendiri yang dapat dicoba. Pendekatan diet yang kelihatannya dapat membantu meliputi krekers kering atau roti sebelum bangun tidur, kudapan lunak dalam frekuensi kecil, sedikit dan minuman air jahe atau cola. Sebagian wanita menemukan bahwa rasa asam seperti buah jeruk nipis dan acar mengurangi kekacauan rasa dalam mulut. Demikian juga rasa mint yang kuat dapat membantu, baik dengan mengubah lingkungan mulut dan mengganggu sensasi bau. Kebrsihan gigi dapat membantu menghilangkan rasa asam dalam mulut dan dapat mengurangi gejala. Penginderaan pentriger yang sudah diketahui terhadap mual seperti bau-bauan yang berhubungan dengan kopi dan tembakau dapat membantu.
Terdapat bukti bahwa vitamin B6, 30-75 mg per hari atau 25 mg setiap 8 jam, dapat mengurangi mual pada sebagian wanita. Beberapa obat herbal dapat mengurangi mual. Teh biji anise atau fennel pada saat bangun tidur, dapat membantu. 24 ml air dengan 1 sendok teh cuka sari buah apel juga menyejukkan lambung. Teh daun raspberry juga biasa digunakkan untuk merigankan mual dan muntah. Jahe dalam bentuk akar celup atau digerus kapsul (250 mg 4 kali per hari) terutama efektif untuk mual di pagi hari dan motion sickness.
Obat-obatan homeopatik biasanya direkomendasi biasanya direkomendasikan untuk mual, meliputi Ipecac 30x, Nux vomica 6x, dan Cannabis 30x. Tidak ada penelitian yang menggali keefektifan intervensi ini.
Manset tangan yang tersedia yang member tekanan pada titik akupungtur P6 dapat ditemukan di apotik dan took alat-alat maritime. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa akrupresur secara signifikan mengurangi frekuensi dan beratnya mual dan muntah. Bagaimanapun efeknya dapat dihubungkan dengan placebo daripada efek langsung dari tekanan.

Indikasi Untuk Rujukan
Mual dan muntah yang disertai dengan dehidrasi membutuhkan rujukan utnuk perbaikan cairan, kemungkinan pemberian agens farmakologik, dan evaluasi untuk menyingkirkan penyebab lain dari distres gastrointestinal.


Sumber :
1. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Read More >>

A. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.

B. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.

C. Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
-     Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
-     Tidak terbentuk air kemih
-     Gawat pernafasan,

D.  Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi.
1. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
4. Sindrom paska maturitas.


 Gambar
                                                  
                      

             
E. Gambaran Klinis
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
-   USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
-   Rontgen perut bayi
-   Rontgen paru-paru bayi
-   Analisa gas darah.
.
G. Akibat Oligohidramnion

1.   Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
2.   Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).

H. Tindakan Konservatif
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.

http://tutorialkuliah.wordpress.com/2009/01/14/oligohidramnion/
 
Read More >>
Sewaktu pertama kali kami menikah, istri bertanya suami “Sudah siap punya anak Mas?” suami menjawab “Siap, memang kenapa?” lalu istri menjawab “Bagi seorang wanita keputusan untuk hamil, adalah kontrak siap mati” dan aku terdiam…
Menurut definisi…kehamilan resiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan.
untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko).
faktor resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.
faktor resiko sebelum kehamilan
sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan.
selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
karakteristik ibu
usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan.
anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma down) semakin meningkat. pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (kmk, kecil untuk masa kehamilan). jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%.
sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. obesitas juga menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
peristiwa pada kehamilan yang lalu
seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.
keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur.
sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan untuk:
- kelainan kromosom atau hormon
- kelainan struktur rahim atau leher rahim
- penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
- reksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian rh).
jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.
kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- kelainan kromosom pada bayi
- diabetes
- penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- tekanan darah tinggi
- penyalahgunaan obat
- penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, mungkin dia menderita diabetes.
jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.
pemeriksaan kadar gula darah dilakuka pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.
seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:
- kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang berat
- plasenta previa (plasenta letak rendah).
jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama.
penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki rh-negatif, darah janin memiliki rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah. jika ayah memiliki 2 gen untuk rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki rh-positif adalah sebesar 50%.
biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi. akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.
tetapi setelah melahirkan bayi dengan rh-positif, biasanya pada ibu yang memiliki rh-negatif diberikan immunoglobulin rh-nol-d, yang akan menghancurkan antibodi rh. karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.
seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan darah tinggi menahun.
jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.
kelainan struktur
kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, usg atau rontgen.
fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
- kelahiran prematur
- gangguan selama persalinan
- kelainan letak janin
- kelainan letak plasenta
- keguguran berulang.
keadaan kesehatan
keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
- tekanan darah tinggi menahun
- penyakit ginjal
- diabetes
- penyakit jantung yang berat
- penyakit sel sabit
- penyakit tiroid
- lupus
- kelainan pembekuan darah.
riwayat keluarga
riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung. kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.
faktor resiko selama kehamilan
seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya.
dia mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bias mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
obat-obatan atau infeksi
obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
- alkohol
- phenitoin
- obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
- lithium
- streptomycin
- tetracyclin
- talidomide
- warfarin.
infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
- herpes simpleks
- hepatitis virus
- influenza
- gondongan
- campak jerman (rubella)
- cacar air (varisela)
- sifilis
- listeriosis
- toksoplasmosis
- infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.
merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama hamil.
efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
- komplikasi plasenta
- ketubah pecah sebelum waktunya
- persalinan prematur
- infeksi rahim.
seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.
cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.
merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian bayi mendadak.
selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan.
sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama hamil. sindroma ini ditandai dengan:
- keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
- kelainan wajah
- mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
- kelainan perkembangan perilaku.
sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental.
selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang memperhatikan).
resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat.
berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.
suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil.
wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
- anemia
- bakteremia
- endokarditis
- abses kulit
- hepatitis
- flebitis
- pneumonia
- tetanus
- penyakit menular seksual (termasuk aids).
sekitar 75% bayi yang menderita aids, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria. bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur.
kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
- seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
- terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
- terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya.
jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.
keadaan kesehatan
tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain.
tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera diobati.
jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.
infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4° celsius) pada trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi.
demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
komplikasi kehamilan
1. inkompatibilitas rh
ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki rh-negatif, ayah memiliki rh-positif, janin memiliki rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin.
jika seorang ibu hamil memiliki rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan.
resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
- setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
- setelah pemeriksaan amniosentesis
- dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan rh-positif.
pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin rh-nol-d kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi rh.
2. perdarahan
penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
- kelainan letak plasenta
- pelepasan plasenta sebelum waktunya
- penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan usg, pengamatan leher rahim dan pap smear.
3. kelainan pada cairan ketuban
air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu. hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan prematur.
air ketuban yang terlalu banyak cenerung terjadi pada:
- ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
- kehamilan ganda
- inkompatibilitas rh
- bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf).
air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
- bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
- bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
- bayi yang meninggal di dalam kandungan.
4. persalinan prematur
persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
- ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
- perdarahan
- stress fisik atau mental
- kehamilan ganda
- ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
persalinan prematur seringkali terjadi jika:
- bayi berada dalam posisi sungsang
- plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
- ibu menderita tekanan darah tinggi
- air ketuban terlalu banyak
- ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.
5. kehamilan ganda
kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
6. kehamilan lewat waktu
pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/27/kehamilanresiko/
 
Read More >>