INVERSI UTERUS

Kegawatdaruratan pada kala III dapat menimbuklkan perdarahan adalah terjadinya inversi uterus. Inversi uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yangdapat bersifat inkomplit sampai komplit.
Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah (misalnya karen plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya di tarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba (misalnya batuk keras atau bersin).
Inversio uteri ditandai dengan tanda tanda:
·                Syok karena kesakitan
·                Pendarahan banyak bergumpal
·                Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.
·                Bila baru terjadi, prognosis cukup baik akan tetapi kejadianya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan inveksi.

Tindakan
Secara garis besar tindakan yang dilakukan sebagai berikut:
1.             Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk cairan atau  darah pengganti dan memberikan pemberian obat.
2.             Beberapa senter memberikan tokolitik atau MgSo4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk kedalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan pada sewaktu plasenta sudah terlepas atau tidak.
3.             Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau Im. Tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru dilepaskan.
4.             Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan keperluanya.
5.             Inversi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yag keras menyebabkan manuver diatas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparatomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah mengalami inveksi dan nekrosis.

Pendarahan Karena Gangguan Pembekuan Darah
Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan ada tendensi mudah terjadi pendarahan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, pendarahan dari gusi, rongga hidung dan lain lain.
 Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostatis yang abnormal. Waktu pendarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin deradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT (partial thromboplastin time).
Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah retensio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklampsia, emboli carian ketuban, dan sepsis. Tetapi yang dilakukan adalah degan transfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon amino caproik acid).

Pencegahan
Klasifikasi kehamilan rsiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebaai berikut:
1.             Persiapan ebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemis, dan lain-lain sehingga pada saaat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal.
2.             Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang resikonya akan muncul saaat persalinan.
3.             Persalinan harus selesai dalam waku24 jam dan pencegahan partus lama.
4.             Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan difasilitas rumahsakit rujukan.
5.             Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesahatan terlatih dan menghindari persalinan dukun.
6.             Menguasai langakah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.


Sumber: buku sinopsis obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi. Rustam Mochtar, Ed 2 Jakarta EGC, 1998.

Related Post :