Para atlet umumnya diminta untuk mengisi perut mereka dengan camilan atau minuman berenergi, sesaat setelah selesai berolahraga. Namun bagi kita yang tengah berusaha mengurangi berat badan, tindakan tersebut justru akan membuat lemak yang sudah kita bakar menjadi sia-sia.
Dan Karena tujuan kita adalah untuk membuat tubuh ramping, maka seharusnya kita tidak memakan kembali kalori yang sudah dibakar,” ucap Barry S Braun, Direktur Energy Metabolism Laboratory di University of Massachusetts.
Dan Karena tujuan kita adalah untuk membuat tubuh ramping, maka seharusnya kita tidak memakan kembali kalori yang sudah dibakar,” ucap Barry S Braun, Direktur Energy Metabolism Laboratory di University of Massachusetts.
Ketika kita mengonsumsi kembali kalori yang telah dibakar, Braun menjelaskan, hal itu justru akan mendatangkan risiko baru, yaitu gangguan jantung. Lalu, mengapa para atlet justru melakukan sebaliknya? “Karena tujuan olahraga seorang atlet berbeda dengan orang awam. Tidak hanya membuat tubuh sehat, tapi juga ada unsur kompetisi di dalamnya. Itu mengapa mereka selalu mendapatkan nasihat yang berlawanan dengan kita.”
Braun kemudian bercerita mengenai penelitian yang sudah dipublikasikan di Journal of Applied Physiology, Nutrition and Metabolism. Sebanyak 10 orang laki-laki dan perempuan dengan kelebihan berat badan dijadikan responden dalam penelitiannya.
Pada penelitian tahap pertama, respoden diminta untuk melakukan olahraga jalan di treadmill selama satu jam sehari agar 500 kalori dapat dibakar. Kemudian, responden dibagi dua kelompok. Kelompok pertama diberikan minuman tinggi kalori sesaat setelah menyelesaikan olahraga. Adapun kelompok kedua hanya diberi air putih.
Olahraga yang mereka lakukan berhasil menekan kadar insulin hingga 40 persen. Namun, manfaat ini hilang seketika ketika kelompok pertama mengonsumsi minuman berenergi tersebut. Ini membuat Braun dan timnya penasaran, apakah hal ini terjadi karena jenis minuman berkalori yang diberikan?
Maka dari itu, dilakukanlah penelitian kedua. Para responden diminta untuk mengayuh sepeda selama 75 menit dan sesaat setelah itu, kelompok pertama diminta untuk menikmati makanan yang tinggi karbohidrat. Adapun kelompok kedua diberi makanan dengan kadar karbohidrat rendah, tetapi dengan jumlah kalori yang sama dengan kelompok pertama.
Hasilnya, kemampuan insulin untuk membersihkan jejak gula dalam darah ternyata lebih baik pada kelompok kedua. Artinya, makanan tersebut berjalan lurus dengan program pembakaran karbohidrat.
Itu mengapa Braun menyarankan agar kita tidak langsung ngemil setelah berolahraga agar usaha kita membakar lemak dan karbohidrat bisa berjalan sukses. Kalaupun terpaksa harus makan, kita harus memilih makanan yang bukan berbentuk karbohidrat karena karbohidrat inilah yang nantinya akan mengundang kembali kalori yang sudah kita bakar. Bahkan, jumlahnya bisa dua kali lebih banyak dari yang kita buang di atas treadmill atau sepeda.
Sumber : Kompas